Tari Pendet adalah sebuah tarian sakral yang pada mulanya hanya di pentaskan di pura pura (tempat ibadah bagi umat Hindu) menjadikan tari pendet sebagai sebuah tarian yang di kenal luas di kalangan masyarakat Bali. Tari Pendet di pentaskan sebagai sebuah tarian penyambutan turunnya Dewata ke dunia.
Namun seiring dengan perkembangan jaman tanpa mengubah nilai kesakralan yang terkandung di dalamnya tarian ini juga banyak di pentaskan untuk penyambutan tamu penting kenegaraan sehingga keberadaannya juga telah di kenal luas oleh masyarakat internasional lainnya.
Tari pendet itu sendiri sudah ada sejak tahun 1950 an dan dalam perkembangannya telah mengalami beberapa perubahan gerak dan juga jumlah penarinya, mulai dari perubahan yang di lakukan oleh I Wayan Beratha hingga oleh seorang koreographer yang cukup terkenal saat itu yakni I Wayan Rindi pada tahun 1967.
Gerakannya yang lemah gemulai keberadaan tari pendet seakan mampu menghipnotis setiap orang yang menyaksikannya oleh sebab itu seiring dengan perkembangan kepariwisataan Bali pementasan tari pendet bisa di saksikan di berbagai tempat penyambutan tamu oleh mereka yang berkecimpung di bidangnya masing masing.
Busana yang di gunakan memiliki corak dan cirikhas tersendiri sehingga mudah di kenali oleh setiap orang yang menyaksikannya. Perbaduan corak dan warna yang di gunakan di design sedemikian rupa sehingga menarik untuk di tonton mulai dari penggunaan tapih berwarna hijau dengan motif crapcap di mana ujung tapih tersebut di taruh di bagian belakang hingga menutupi mata kaki penarinya.
Dengan balutan kain berwarna merah dan di hiasi dengan corak dan warna keemasan menjadikan busana tari pendet memiliki nilai estetis yang cukup tinggi. Penggunaan angkin prada berwarna kuning dengan motif tumpeng dan juga selendang berwarna merah tanpa motif yang di lilitkan pada badan penari memberikan kesan keanggunan untuk para penarinya.
Tatarias wajah di sesuaikan dengan karakter tariannya. Sebagai symbol atau perlambang sebuah tarian penyambutan tata rias wajah di buat dengan memberikan penekanan atau aksentuasi pada bentuk dan garis garis muka agar terkesan lembut dan penuh persahabatan.
Standarisasi penggunaan alat kecantikan di sesuaikan dengan jenis kulit si penari mulai dari susu pembersih, tonic, alas bedak diantaranya sari ayu, viva, ultima, latulip, krayolan bisa juga bedak tabur jika di perlukan.
Eyeshadow yang di gunakan identik dengan warna kuning, merah, biru yakni untuk mempertajam arsiran pada kelopak mata.Kemudian alat kecantikan lainnya meliputi pensil alis berwarna hitam, eyeliner, maskara, blush on warna merah dan juga lipstik semuanya di gunakan untuk mempercantik wajah si penari itu sendiri.
Pada bagian kepala rambut di tata dengan cara di sasak dan di bentuk pusungan gonjer. Di hiasi dengan berbagai macam bunga mulai dari bunga kamboja, bunga mawar dan bunga sandat dan semagi berwarna emas (bunga buatan) dengan penataan sebagai berikut:
Pada bagian tengah di antara bunga kamboja dan semanggi di letakan bunga mawar, bunga kamboja di buat melengkung dari atas telinga kanan hingga bersentuhan dengan bunga mawar yang berwarna merah. Lalu di sebelah kirinya bunga semanggi di buat melengkung kebawah dengan menyelipkan tangkainya pada batu pusungan. Di belakang bunga mawar dan kamboja di letakan bunga sandat di susun sejajar dengan bunga kemboja.
Kemudian subeng yang di gunakan berwarna keemasan sehingga tampak lebih feminim sekaligus sebagai symbol kelembutan. Pada saat pementasan tari pendet juga di lengkapi dengan properti lainnya seperti bokor yang terbuat dari perak dimana pada bagian pinggirnya di hiasi dengan dengan hiasan janur dengan motif berbeda sesuai dengan selera para penarinya.
Bunga mawar dengan beraneka warna di tempatkan dalam bokor dan di lemparkan di hadapan mereka para tamu saat penyambutan di lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar