Custom Search

Senin, 15 September 2014

RELEVANSI KASTA DI JAMAN MODEREN

Kehidupan masyarakat Bali yang religius sampai dengan saat ini masih mampu mempertahankan tradisi budaya dan juga adat istiadat yang di wariskan oleh nenek moyang terdahulu.

Terbukti dari setiap kegiatan upacara keagamaan fungsi dan kedudukan seorang Brahmana, Kestaria, Waisya dan Sudra masih tetap berjalan sesuai dengan peran dan tugasnya masing masing. Itu artinya keberadaan kasta di Bali bisa di katakan masih relevan dengan kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini.

Perubahan jaman tidak serta merta merubah keyakinan masyarakat Bali terhadap keberadaan budaya dan adat istiadat setempat karena mereka meyakini warisan budaya dan adat istiadat yang telah di wariskan oleh nenek moyang terdahulu memiliki aspek filosofi yang sangat tinggi yang tidak akan terpengaruh dengan perubahan jaman.

Namun demikian berdasarkan hasil pengamatan perubahan sikap dan pola pikir masyarakat moderen yang cendrung menempatkan kepentingan duniawi di atas kepentingan lainnya di sinyalir dapat mempengaruhi tatanan dan juga nilai spiritualis yang terkandung di dalamnya. Gotong royong yang di landasi ketulusan dalam pengabdiannya sekarang ini tidak ubahnya seperti adanya hubungan transaksional antara majikan dan anak buahnya bukan di dasarkan atas dasar pengabdian yang tulus ikhlas.

Kalau hal ini di biarkan bukan sesuatu yang mustahil keberadaan kasta di Bali akan berubah menjadi sesuatu hal yang kesemuanya di lakukan atas dasar berbagai macam kepentingan.

Sikap dan juga prilaku yang di tunjukan oleh setiap golongan masyarakat di sinyalir juga sangat mempengaruhi penilaian golongan masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu kita semua harus senantiasa berupaya mawas diri agar budaya dan adat istiadat yang di wariskan oleh nenek moyang kita terdahulu bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Kalau bukan dari kita dari siapa lagi dan kalau tidak mulai dari sekarang mau kapan lagi...?

Mencarikan jalan keluar terhadap adanya berbagai faktor penyebab terjadinya pergeseran fungsi dan kedudukan masing masing golongan mutlak di perlukan, jangan sampai perubahan sikap dan prilaku yang di tunjukan oleh masyarakat moderen mengurangi nilai daripada kedudukan budaya dan juga adat istiadat setempat.

Dalam upaya pelestariannya seyogyanya di lakukan oleh semua pihak terkait mulai dari pemerintah daerah setempat dan juga seluruh komponen masyarakat hindu dari semua golongan, Brahmana, Kesatria, Waisya dan Sudra.

Hal tersebut tidak hanya bertujuan untuk menselaraskan hubungan antar golongan akan tetapi sekaligus sebagai wujud sebuah penghormatan terhadap warisan nenek moyang yang berbudi luhur dan memiliki tingkat kesakralan tinggi.

Dalam implemenatsinya di lapangan jangan sampai terkontaminasi dengan kepentingan politik karena keduanya memiliki roh berbeda. Seperti apa yang sering kita lihat akhir akhir ini banyak dari mereka yang mencalonkan diri sebagai pejabat publik datang ke desa desa maupun kelurahan untuk mencari dukungan politik sehingga keberadaan masyarakat yang menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat menjadi terpecah belah.

Ibarat kata karena nila setitik rusak susu sebelanga artinya karena ulah segelintir orang yang mencoba mencari peruntungan di dunia politik mengakibatkan hubungan keharmonisan masyarakat yang berbudaya tidak bisa terjaga dengan baik.

Kesederhanaan pola pikir masyarakat pada suatu wilayah pedesaan ataupun kelurahan akan sangat mudah di pengaruhi oleh mereka yang memiliki uang demi kepentingan politik yang sifatnya pribadi maupun golongan.

Sungguh sangat ironi tetapi itulah yang terjadi, oleh karena itu marilah kita berpikir jernih dan merenungkan kembali bahwa apa yang telah kita lakukan justru akan menurunkan nilai ataupun citra masyarakat Bali yang religius yang menjunjung tinggi kebersamaan menjadi masyarakat yang meterialistis dan individualistis.

SEMOGA BERBAHAGIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar