Custom Search

Sabtu, 27 September 2014

TARI OLEG TAMULILINGAN

Tari Oleg tamulilingan adalah sebuah seni tari yang berasal dari daerah lumbung beras, tabanan. Di ciptakan oleh seorang seniman seni tari yang namanya begitu terkenal di lingkungan masyarakat bali dan juga di kalangan masyarakat internasional yaitu bapak I Ketut Maryo.

Pada mulanya tarian ini di beri judul Tumulilingan Mangisap Sari dan pertama kalinya dipentaskan untuk menjamu kurang lebih 120 anggota Delegasi PBB akhir Juli 1951 di Peliatan, Ubud selesai mengadakan konferensi di Bali Hotel Denpasar.

Berdasarkan sejarahnya tarian ini baru selesai di garap pada tahun 1952 atas permintaan Mr.John Coast seorang berkembangsaan Amerika. Pada tahun 1951 Jhon Coast berkeinginan membawa misi kesenian ke Eropa dan juga Amerika Serikat. Pada saat itu diapun lalu meminta I Mario bersama Anak Agung Gde Mandera menciptakan sebuah tarian baru untuk melengkapi gong Peliatan yang pada saat itu telah memiliki tari Janger dan juga Legong Keraton.

Singkat cerita setelah sekian lama berselang lalu I Mario berhasil menciptakan sebuah tari baru yang merupakan kolaborasi gerak tari yang berasal dari tarian ballet, tari Legong Keraton dan juga tari Kebyar Duduk yang saat itu masing masing di tarikan oleh seniman seni tari bernama Ni Gusti Ayu Raka Rasmin dan I Sampih.

Tari oleg tamulilingan di ciptakan untuk menggambarkan gerak gerik binatang pengisap madu yaitu tamulilingan yang dalam setiap gerakannya menampilkan gerakan yang sangat indah dan lemah gemulai sebagaimana layaknya seekor kumbang yang sedang bermain di taman bunga sembari mengisap madunya.

Dalam perkembangannya tari oleg tamulilingan menjadi begitu terkenal di kalangan remaja putra dan putri dan terbukti sebuah karya seni yang di ciptakan berdasarkan nilai seni tinggi tidak pernah kekang oleh waktu dan selalu di kenang sepanjang masa.

Dalam upaya pelestariannya dinas kebudayaan dan pariwisata secara khusus sempat menggelar lomba tari oleg tamulilingan yang para pesertanya di ikuti oleh para remaja putra dan putri yang berasal dari berbagai kota se-Bali.

Tingginya minat mereka mengikuti lomba tarian ini bukanlah tanpa alasan. Mereka (para remaja putra dan putri) memahami betul dalam setiap gerakannya memiliki karakter dan ciri khas tersendiri yang tidak di temukan dalam jenis tarian lainnya. Mereka merasa tertantang untuk bisa menjadi yang terbaik sebab sangatlah sulit untuk bisa menarikannya dengan sempurna.

Sementara gedung kesenian yang di gunakan sebagai tempat perlombaan tari oleg tamulilingan berjarak kurang lebih 1km dari pusat pemerintahan kota Tabanan yang sampai dengan saat ini sebagian besar masyarakat mengenalnya dengan sebutan "Gedung Maryo".

Mendengar namanya saja orang akan langsung tertuju pikirannya dengan tari oleg tamulilingan, oleh karena itu penting artinya untuk bisa menciptakan karya seni tari bernilai tinggi yang memiliki karakter dan cirikhas yang jelas.

Perubahan gerak yang ingin di lakukan terhadap sebuah hasil karya seni tari jangan sampai mengubah karakter dari tarian itu sendiri sehingga dalam setiap pementasannya orang akan lebih mudah mengenal kalau gerak yang di peragakan adalah bagian dari gerakan seni tari A atau seni tari B.

Penggunaan properti dan style busana yang di kenakan seperti halnya kipas, terompong, model kancut dan lain sebagainya harus tetap di jadikan sebagai satu kesatuan yang utuh sesuai dengan maksud dan tujuannya. Entah di sadari ataupun tidak beberapa perubahan yang di lakukan bukannya menjadikan tarian tersebut menjadi lebih baik tapi justru sebaliknya.

Memberikan pembinaan terhadap generasi muda pecinta seni tari tidak boleh di lakukan hanya berdasarkan hafalan gerak akan tetapi harus di barengi dengan pemahaman terhadap nilai filosofis dan estetika yang terkandung di dalamnya agar setiap gerak yang di peragakan oleh penari memiliki roh dan bisa menyatu dengan si penari itu sendiri.

Seiring perkembangan jaman, seni tari oleg tamulilingan tampak semakin meredup sampai sampai gedung kesenian yang di jadikan ikon maestro pencipta seni tari asal Tabanan ini tidak terurus dengan baik.

Sungguh sangat memprihatinkan kalau hal ini di biarkan bukan tidak mungkin upaya pelestarian seni dan budaya Bali akan semakin sulit di lakukan. Sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah (Kabupaten kota) untuk melestarikannya sehingga di harapkan dari waktu ke waktu, dari generasi satu ke generasi lainnya perkembangan seni tari di Tabanan khusunya dan di Bali pada umumnya terus mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun kuantititasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar