Custom Search

Sabtu, 27 September 2014

TARI BARIS

Tari Baris adalah sebuah seni tari yang dalam setiap gerakannya menggambarkan ketangkasan seorang prajurit yang mana jenis tarian yang satu ini kebanyakan di gelar pada saat upacara keagamaan ataupun upacara suci lainnya. Oleh karena itu Tari Baris bisa di katakan sebagai sebuah tarian yang memiliki tingkat kesakralan yang cukup tinggi.

Beberapa jenis tari Baris yang berhasil di ciptakan kesemuanya di sesuaikan dengan peruntukannya oleh karena itu seorang penari tidak di perbolehkan menarikannya di sembarang tempat.

Sebagai sebuah gambaran ada beberapa jenis tari Baris yang di kenal oleh masyarakat di antaranya:

Baris Jojor
Adalah tarian Baris yang ditarikan oleh sekelompok penari dengan membawa sepucuk senjata bernama Jojor yakni sebuah senjata tombak bertangkai panjang yang biasanya di gelar dalam setiap upacara Dewa Yadnya. Jenis tari Baris ini dapat di jumpai di beberapa daerah seperti misalnya di kabupaten Buleleng, Bangli dan juga Karangasem

Baris Gede
adalah tarian Baris yang di tarikan oleh sekelompok penari dengan bersenjatakan tombak poleng yakni sebuah senjata tombak yang di hiasi dengan tangkai tombak berwarna hitam dan putih yang biasanya di gelar pada saat upacara Pitra Yadnya seperti yang di jumpai di daerah Badung dan juga Denpasar. Para penarinya juga mengenakan busana hitam dan putih.

Baris Pendet
adalah tarian baris yang para penarinya tidak di lengkapi dengan peralatan senjata akan tetapi dalam setiap pementasannya menggunakan canang sari yang biasanya di pentaskan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya.

Baris Tamiang
adalah tarian Baris yang di lengkapi dengan persenjataan berupa keris dan perisai atau yang di kenal dengan sebutan Tamiang. Jenis tari Baris ini dapat dijumpai di daerah Badung.

Baris Tumbak
adalah tarian Baris yang di lengkapi dengan persenjataan berupa tombak dengan busana yang di buat secara berlapis lapis yang biasanya di pentaskan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya. Jenis tarian ini banyak dijumpai di daerah Badung, Bangli dan juga Gianyar.

Baris Presi
adalah tari Baris yang di lengkapi dengan persenjataan berupa keris dan juga perlengkapan lain yang meyerupai perisai. Jenis tarian baris ini biasanya di gunakan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya. Tarian ini masih banyak dijumpai di daerah Bangli dan Buleleng.

Baris Bajra
Adalah tarian Baris yang di lengkapi dengan persenjataan berupa gada dimana pada bagian ujungnya berbentuk bajra. Tarian jenis ini banyak di gunakan pada kegiatan upacara Dewa Yadnya.

Baris Dadap
adalah tarian Baris yang di lengkapi dengan persenjataan berupa dapdap memiliki gerakan lebih lembut di bandingkan dengan jenis tari Baris lainnya. Dalam pementasannya tarian ini biasanya di barengi dengan dengan nyanyian atau tembang berlaras slendro. Banyak di jumpai di daerah Bangli, Buleleng, Gianyar dan juga Tabanan yang biasanya di gunakan untuk kepentingan upacara Dewa dan Pitra Yadnya.

Baris Kupu kupu
adalah jenis tari Baris yang menggambarkan kehidupan kupu kupu dimana para penarinya mengenakan sayap, gerakannya yang lincah dan dinamis sebagaimana layaknya seekor kupu kupu.

Baris Bedil
adalah tarian Baris yang di lengkapi dengan senjata laras panjang yang terbuat dari kayu. Jenis tarian ini dapat di jumpai di daerah Klungkung, Bangli dan Badung yang biasanya di gunakan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya.

Baris Cendekan
adalah jenis tari Baris yang para penarinya di lengkapi dengan persenjataan berupa tombak berukuran pendek. Tarian ini biasanya banyak di gunakan untuk keperluan upacara Dewa Yadnya.

Baris Cina
Adalah jenis tari Baris yang di sinyalir ada pengaruh kebudayaan china, terbukti dari busana yang di kenakannya berupa celana panjang dengan baju lengan panjang, selempang kain sarung, bertopi, berkacamata hitam serta memakai senjata pedang), gerakannya di ambil dari gerakan pencak silat, dengan musik pengiring berupa gamelan Gong Bheri yang lebih banyak di tampilkan pada saat upacara Dewa Yadnya berlangsung. Jenis tarisn ini dapat di temukan di desa Renon dan juga Desa Blanjong, Sanur.

Baris Panah
adalah jenis tari Baris yang ditarikan oleh beberapa pasang penari di lengkapi dengan persenjataan berupa panah yang biasanya di pentaskan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya.

Baris Jangkang
adalah jenis tari Baris yang penarinya di lengkapi dengan senjata berupa tombak berukuran panjang. Tarian ini biasanya banyak di gunakan untuk kegiatan upacara Dewa Yadnya sebagaimana yang bisa kita lihat di daerah Bangli, Gianyar, dan Nusa Penida.

TARI OLEG TAMULILINGAN

Tari Oleg tamulilingan adalah sebuah seni tari yang berasal dari daerah lumbung beras, tabanan. Di ciptakan oleh seorang seniman seni tari yang namanya begitu terkenal di lingkungan masyarakat bali dan juga di kalangan masyarakat internasional yaitu bapak I Ketut Maryo.

Pada mulanya tarian ini di beri judul Tumulilingan Mangisap Sari dan pertama kalinya dipentaskan untuk menjamu kurang lebih 120 anggota Delegasi PBB akhir Juli 1951 di Peliatan, Ubud selesai mengadakan konferensi di Bali Hotel Denpasar.

Berdasarkan sejarahnya tarian ini baru selesai di garap pada tahun 1952 atas permintaan Mr.John Coast seorang berkembangsaan Amerika. Pada tahun 1951 Jhon Coast berkeinginan membawa misi kesenian ke Eropa dan juga Amerika Serikat. Pada saat itu diapun lalu meminta I Mario bersama Anak Agung Gde Mandera menciptakan sebuah tarian baru untuk melengkapi gong Peliatan yang pada saat itu telah memiliki tari Janger dan juga Legong Keraton.

Singkat cerita setelah sekian lama berselang lalu I Mario berhasil menciptakan sebuah tari baru yang merupakan kolaborasi gerak tari yang berasal dari tarian ballet, tari Legong Keraton dan juga tari Kebyar Duduk yang saat itu masing masing di tarikan oleh seniman seni tari bernama Ni Gusti Ayu Raka Rasmin dan I Sampih.

Tari oleg tamulilingan di ciptakan untuk menggambarkan gerak gerik binatang pengisap madu yaitu tamulilingan yang dalam setiap gerakannya menampilkan gerakan yang sangat indah dan lemah gemulai sebagaimana layaknya seekor kumbang yang sedang bermain di taman bunga sembari mengisap madunya.

Dalam perkembangannya tari oleg tamulilingan menjadi begitu terkenal di kalangan remaja putra dan putri dan terbukti sebuah karya seni yang di ciptakan berdasarkan nilai seni tinggi tidak pernah kekang oleh waktu dan selalu di kenang sepanjang masa.

Dalam upaya pelestariannya dinas kebudayaan dan pariwisata secara khusus sempat menggelar lomba tari oleg tamulilingan yang para pesertanya di ikuti oleh para remaja putra dan putri yang berasal dari berbagai kota se-Bali.

Tingginya minat mereka mengikuti lomba tarian ini bukanlah tanpa alasan. Mereka (para remaja putra dan putri) memahami betul dalam setiap gerakannya memiliki karakter dan ciri khas tersendiri yang tidak di temukan dalam jenis tarian lainnya. Mereka merasa tertantang untuk bisa menjadi yang terbaik sebab sangatlah sulit untuk bisa menarikannya dengan sempurna.

Sementara gedung kesenian yang di gunakan sebagai tempat perlombaan tari oleg tamulilingan berjarak kurang lebih 1km dari pusat pemerintahan kota Tabanan yang sampai dengan saat ini sebagian besar masyarakat mengenalnya dengan sebutan "Gedung Maryo".

Mendengar namanya saja orang akan langsung tertuju pikirannya dengan tari oleg tamulilingan, oleh karena itu penting artinya untuk bisa menciptakan karya seni tari bernilai tinggi yang memiliki karakter dan cirikhas yang jelas.

Perubahan gerak yang ingin di lakukan terhadap sebuah hasil karya seni tari jangan sampai mengubah karakter dari tarian itu sendiri sehingga dalam setiap pementasannya orang akan lebih mudah mengenal kalau gerak yang di peragakan adalah bagian dari gerakan seni tari A atau seni tari B.

Penggunaan properti dan style busana yang di kenakan seperti halnya kipas, terompong, model kancut dan lain sebagainya harus tetap di jadikan sebagai satu kesatuan yang utuh sesuai dengan maksud dan tujuannya. Entah di sadari ataupun tidak beberapa perubahan yang di lakukan bukannya menjadikan tarian tersebut menjadi lebih baik tapi justru sebaliknya.

Memberikan pembinaan terhadap generasi muda pecinta seni tari tidak boleh di lakukan hanya berdasarkan hafalan gerak akan tetapi harus di barengi dengan pemahaman terhadap nilai filosofis dan estetika yang terkandung di dalamnya agar setiap gerak yang di peragakan oleh penari memiliki roh dan bisa menyatu dengan si penari itu sendiri.

Seiring perkembangan jaman, seni tari oleg tamulilingan tampak semakin meredup sampai sampai gedung kesenian yang di jadikan ikon maestro pencipta seni tari asal Tabanan ini tidak terurus dengan baik.

Sungguh sangat memprihatinkan kalau hal ini di biarkan bukan tidak mungkin upaya pelestarian seni dan budaya Bali akan semakin sulit di lakukan. Sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah (Kabupaten kota) untuk melestarikannya sehingga di harapkan dari waktu ke waktu, dari generasi satu ke generasi lainnya perkembangan seni tari di Tabanan khusunya dan di Bali pada umumnya terus mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun kuantititasnya.

Minggu, 21 September 2014

JOGED BUMBUNG

Sebagai daerah yang memiliki berbagai macam kesenian tari joged merupakan salah satu tarian yang cukup di gemari oleh masyarakat Bali. Tarian ini sebagai perlambang suka cita dari masyarakat dimana dalam pementasannya biasanya di lakukan pada saat musim panen tiba dan juga pada saat hari hari berbahagia lainnya.

Sebagai sebuah tarian pergaulan tari joged memiliki kekhasan tersendiri dan dalam setiap pergelarannya biasanya melibatkan para penonton untuk ikut serta menari atau yang sering kita sebut dengan ibing ibingan.

Gerakan tariannya yang cukup energik dengan lirikan mata yang terkesan sedikit menggoda membuat tarian ini seakan mampu menghipnotis para penontonya untuk ikut menari mengikuti hentakan irama gamelan yang sebagian besar terbuat dari bahan dasar bambu.

Sesuai dengan asal katanya joged bumbung di bagi kedalam 2 kata yaitu joged dan bumbung. Joged berarti "goyang atau gerakan" sementara bumbung adalah sebuah alat ataupun benda yang terbuat dari potongan bambu.

Jadi joged bumbung bisa di artikan sebagai sebuah gerakan tari dengan musik pengiringnya terbuat dari potongan potongan bambu yang di bentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan seperangkat alat musik ataupun gamelan dengan nada dasar salendro.

Di lihat dari jenisnya ada beberapa jenis tarian joged di antaranya joged Gebyog, joged pudengan, joged gandrung, joged pingitan dan joged bumbung itu sendiri.

Dari beberapa jenis tarian joged tersebut di atas gerakan tari yang di peragakan hampir memiliki kesamaan dan yang membedakannya hanya terletak pada musik pengiring dan juga busana yang di pakainya.

Dalam setiap pementasannya ada yang menggunakan hiasan di kepala berupa gelung tapi ada juga yang tidak. Sementara busana yang di kenakan ada yang memakai kebaya ada juga memakai balutan selendang dengan motif berwarna hijau, kuning ataupun merah yang di kombinasikan dengan warna keemasan.

Gerakan gerakan yang di tampilkan pada joged bumbung juga mengikuti pakem ataupun gerak tari sebagaimana yang di jumpai pada jenis tarian klasik misalnya saja ada yang di istilahkan ngleyog, ngleyer, mapah dan lain sebagainya hanya saja dalam setiap pertunjukannya terdapat perbedaan dalam penterjemahannya.

Irama musik pengiring dalam tarian joged sering juga di sebut dengan gamelan gegrantangan yang terdiri dari 6 s/d 8 buah gerantang, 2 s/d 4 buah suling, kendang gupekan 1 buah,ceng ceng dan juga gong pulu.

Seiring dengan perkembangannya saat ini alat musik yang di gunakan dalam pertunjukan tari joged ada yang menggunakan kendang sunda, kendang kempul, bass, simbal, ceng ceng kopyak dan lain sebagainya sehingga alunan musiknya terdengar berbeda.

Sebagai sebuah tarian pergaulan bukan berarti dalam setiap pertunjukannya tidak memperhatikan norma dan kaedah berlaku akan tetapi justru sebaliknya, jangan sampai gerakan tari yang di perlihatkan terkesan cabul seperti apa yang sering kita lihat dalam beberapa bulan belakangan ini.

Entah di sadari ataupun tidak pertunjukan tari joged saat ini lebih banyak memperlihatkan gerakan gerakan erotis yang tidak layak di tonton sehingga secara tidak langsung menurunkan kredibilitas daripada seni pertunjukan itu sendiri.


Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau sekarang ini orang tertarik menonton pertunjukan tari joged bumbung hanya karena terdorong oleh hasrat dan keinginan untuk mengumbar nafsu birahi.

Hal ini sekaligus bisa di jadikan sebagai sebuah cerminan bahwa moral dan etika sebagian masyarakat saat ini sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Kalau bukan dari kita dari siapa lagi dan kalau tidak di mulai dari sekarang mulai kapan lagi, maka dari itu mari kita kembalikan tari joged bumbung sebagai sebuah pergelaran seni tari yang menampilkan seni sesungguhnya.

Jumat, 19 September 2014

TARI LEGONG

Tari legong adalah sebuah tarian klasik sebagai perlambang bidadari yang sedang menari di surga. Berdasarkan sejarahnya tarian ini tercipta berawal dari sebuah mimpi dari seorang raja di Bali bernama I dewa Agung Made Karna. Saat itu beliau memerintah di kerajaan sukawati dan bertahta di kerajaannya sekitaran tahun 1775 s/d 1825 Masehi. Dalam pertapaannya di Pura Jogan Agung Ketewel beliau melihat para bidadari sedang menari nari di surga dengan mengenakan busana dan hiasan kepala yang terbuat dari emas.

Pada saat beliau tersadar dari semedinya, beliaupun langsung memerintahkan bendesanya untuk membuatkan beberapa topeng yang wajahnya mirip dengan apa yang beliau lihat dalam semedinya. Sementara Untuk menirukan gerak gerik para bidadari beliaupun memerintahkan untuk membuatkan sebuah tarian.

Dalam beberapa hari kemudian topeng dan juga gerakan tarianpun berhasil di ciptakan yang di beri nama tarian Sanghyang Legong. Tarian ini pertama kalinya di pentaskan di Pura Jogan Agung tempat beliau melakukan semedi, oleh karena itu tari Sanghyang Legong identik dengan sebuah kesenian tari yang di pentaskan khusus di lingkungan istana atau lingkungan para raja yang memerintah pada saat itu.

Dalam perkembangannya tari Sanghyang Legong di sempurnakan kembali saat Raja Gianyar I Dewa Agung Manggis melihat sebuah pertunjukan tari Nandir pimpinan I gst. Ngurah Jelantik dari Blahbatuh yang gerakannya menyerupai tari Sanghyang Legong.

Beliau (Raja Gianyar) akhirnya memerintahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata kembali gerakan gerakan pada tari Sanghyang Legong sampai akhirnya berhasil di ciptakan sebuah tarian Legong Klasik seperti yang bisa kita lihat saat ini.

Tari Legong Klasik memiliki gerakan yang sangat lembut sesuai dengan definisi katanya yakni "Leg" berarti luwes, lembut,elastis sementara "Gong" berarti gamelan. Dengan demikian Legong bisa di artikan sebuah tarian lembut, luwes, elastis yang di ikat oleh pakem ataupun gamelan musik pengiringnya.

Dalam sebuah pertunjukannya para penari Legong Klasik di rekrut dari kalangan luar istana dan penarinyapun adalah orang orang pilihan, di samping memiliki wajah cantik juga memiliki kepiawain dalam menarikan gerak tari Legong Klasik.

Pada jaman kerajaan dulu bisa tampil di istana adalah kebanggaan tersendiri bagi para penarinya juga para penciptanya. Persembahan sebuah karya cipta di hadapan para raja tidaklah ternilai harganya, bagi mereka semua itu merupakan suatu kehormatan dan semuanya di lakukan secara tulus ikhlas.

Di jaman modern seperti sekarang ini tampak ada pergeseran nilai berkaitan dengan arti sebuah pengabdian, setiap pertunjukan kesenian semuanya beorientasi pada jumlah uang yang bisa di hasilkan. Secara kuantitas perkembangan seni tari legong bisa di katakan mengalami peningkatan yang cukup pesat namun secara kualitas sangatlah menurun, tidak lagi memiliki taksu yang mampu mengikat dan menarik perhatian orang untuk menyaksikannya.

Tarian legong yang dahulunya hanya di tarikan di lingkungan istana sekarang ini bisa di tarikan di mana saja layaknya sebuah pertunjukan seni tari biasa. Berbagai bentuk tarian yang gerakannya menyerupai tari legong berhasil di ciptakan, nama tariannya sempat muncul ke permukaan namun dalam kurun waktu yang tidak begitu lama tiba tiba lenyap begitu saja.

Hal ini membuktikan sebuah karya seni pada jaman dulu jauh lebih di hargai di bandingkan dengan saat ini. Oleh karena itu upaya pelestariaon seni tari di Bali sudah sepatutnya di lakukan agar generasi berikutnya memahami nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.

Upaya penyempurnaan bisa terus di lakukan sesuai dengan perkembangan jaman namun tidak sampai megurangi taksu dari sebuah karya seni itu sendiri. Misalnya saja tari legong yang dahulunya menggunakan musik pengiring berupa gamelan yang  terdiri dari gender lambat, gangsa, gong, kemong, kempluk, klenang, kendang krumpungan, suling, rebab, jublag, jegog, gentorang dan lain sebagainya bisa di ganti dengan gamelan lainnya dan tidak meninggalkan cirikhasnya sebagai sebuah karya seni yang bisa di kenang sepanjang masa.

TARI PENDET

Tari Pendet adalah sebuah tarian sakral yang pada mulanya hanya di pentaskan di pura pura (tempat ibadah bagi umat Hindu) menjadikan tari pendet sebagai sebuah tarian yang di kenal luas di kalangan masyarakat Bali. Tari Pendet di pentaskan sebagai sebuah tarian penyambutan turunnya Dewata ke dunia.

Namun seiring dengan perkembangan jaman tanpa mengubah nilai kesakralan yang terkandung di dalamnya tarian ini juga banyak di pentaskan untuk penyambutan tamu penting kenegaraan sehingga keberadaannya juga telah di kenal luas oleh masyarakat internasional lainnya.

Tari pendet itu sendiri sudah ada sejak tahun 1950 an dan dalam perkembangannya telah mengalami beberapa perubahan gerak dan juga jumlah penarinya, mulai dari perubahan yang di lakukan oleh I Wayan Beratha hingga oleh seorang koreographer yang cukup terkenal saat itu yakni I Wayan Rindi pada tahun 1967.

Gerakannya yang lemah gemulai keberadaan tari pendet seakan mampu menghipnotis setiap orang yang menyaksikannya oleh sebab itu seiring dengan perkembangan kepariwisataan Bali pementasan tari pendet bisa di saksikan di berbagai tempat penyambutan tamu oleh mereka yang berkecimpung di bidangnya masing masing.

Busana yang di gunakan memiliki corak dan cirikhas tersendiri sehingga mudah di kenali oleh setiap orang yang menyaksikannya. Perbaduan corak dan warna yang di gunakan di design sedemikian rupa sehingga menarik untuk di tonton mulai dari penggunaan tapih berwarna hijau dengan motif crapcap di mana ujung tapih tersebut di taruh di bagian belakang hingga menutupi mata kaki penarinya.

Dengan balutan kain berwarna merah dan di hiasi dengan corak dan warna keemasan menjadikan busana tari pendet memiliki nilai estetis yang cukup tinggi. Penggunaan angkin prada berwarna kuning dengan motif tumpeng dan juga selendang berwarna merah tanpa motif yang di lilitkan pada badan penari memberikan kesan keanggunan untuk para penarinya.

Tatarias wajah di sesuaikan dengan karakter tariannya. Sebagai symbol atau perlambang sebuah tarian penyambutan tata rias wajah di buat dengan memberikan penekanan atau aksentuasi pada bentuk dan garis garis muka agar terkesan lembut dan penuh persahabatan.

Standarisasi penggunaan alat kecantikan di sesuaikan dengan jenis kulit si penari mulai dari susu pembersih, tonic, alas bedak diantaranya sari ayu, viva, ultima, latulip, krayolan bisa juga bedak tabur jika di perlukan.

Eyeshadow yang di gunakan identik dengan warna kuning, merah, biru yakni untuk mempertajam arsiran pada kelopak mata.Kemudian alat kecantikan lainnya meliputi pensil alis berwarna hitam, eyeliner, maskara, blush on warna merah dan juga lipstik semuanya di gunakan untuk mempercantik wajah si penari itu sendiri.

Pada bagian kepala rambut di tata dengan cara di sasak dan di bentuk pusungan gonjer. Di hiasi dengan berbagai macam bunga mulai dari bunga kamboja, bunga mawar dan bunga sandat dan semagi berwarna emas (bunga buatan) dengan penataan sebagai berikut:

Pada bagian tengah di antara bunga kamboja dan semanggi di letakan bunga mawar, bunga kamboja di buat melengkung dari atas telinga kanan hingga bersentuhan dengan bunga mawar yang berwarna merah. Lalu di sebelah kirinya bunga semanggi di buat melengkung kebawah dengan menyelipkan tangkainya pada batu pusungan. Di belakang bunga mawar dan kamboja di letakan bunga sandat di susun sejajar dengan bunga kemboja.

Kemudian subeng yang di gunakan berwarna keemasan sehingga tampak lebih feminim sekaligus sebagai symbol kelembutan. Pada saat pementasan tari pendet juga di lengkapi dengan properti lainnya seperti bokor yang terbuat dari perak dimana pada bagian pinggirnya di hiasi dengan dengan hiasan janur dengan motif berbeda sesuai dengan selera para penarinya.

Bunga mawar dengan beraneka warna di tempatkan dalam bokor dan di lemparkan di hadapan mereka para tamu saat penyambutan di lakukan.

TARI KECAK

Tari kecak adalah sebuah tarian yang di tarikan secara berkelompok oleh kaum laki laki. Tarian ini di ciptakan untuk menggambarkan kisah kepahlawanan yang di ambil dari cerita Ramayana yakni sebuah kisah yang menceritakan penjelamaan Dewa Wisnu yang turun ke dunia dalam wujudnya sebagai seorang raja bergelar Sri Rama melawan tokoh kebatilan dalam wujudnya sebagai seorang raksasa bernama Rahwana.
Dalam pementasannya tarian kecak di tarikan oleh banyak orang dengan balutan busana separuh badan dari pusar ke bawah hingga lutut yang di kombinasikan dengan lipatan kain meruncing pada bagian depan yang sering kita sebut dengan kancut. Corak kain yang di gunakan oleh para penarinya identik dengan kain bermotifkan kotak kotak berwarna hitam dan putih

Alunan suara dari para penarinya dengan sebutan kata Ya ir...Ya ur, ya ir... ya ur..."cak...cak...cak..." terdengar mendayu dayu menambah suasana tampak semakin mencekam yang melambangkan suasana dan semangat juang para barisan kera dalam membantu Rama melawan Rahwana. Dalam hal ini tari kecak mengandung makna filosofis sebagai sebuah tarian perjuangan.

Pada awalnya tari kecak itu sendiri kurang begitu di ketahui darimana asal muasalnya akan tetapi oleh sekelompok warga masyarakat Bali yang ada di desa Bona, Gianyar untuk pertama kalinya memberanikan diri mengadakan mementaskan tari kecak sebagai sebuah tari pertunjukan dengan balutan cerita yang di ambil dari kisah ramayana.

Terkait dengan kisah ataupun cerita yang di ambil dalam setiap pertunjukan selain para penari kecak ada juga penari lainnya yang memerankan tokoh Rama, Shinta, Hanoman, Sugriwa dan juga Rahwana.

Pada tahun 1930-an Wayan Limbak di bantu oleh seorang pelukis dari Jerman bernama Walter Spies mengembangkan tari Kecak berdasarkan tradisi tarian Sanghyang dan menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat eropa, Asia dan juga Australia saat dia pertama kalinya melakukan perjalanan keliling dunia bersama rombongan penari Bali lainnya.

Pengembangan tari kecak di katakan berasal dari tarian sanghyang karena dalam setiap pertunjukannya tidak menggunakan alat musik khusus sebagaimana jenis tarian yang lain hanya berupa kombinasi suara oleh para penarinya dan membentuk sebuah alunan tembang ataupun melodi yang biasanya di gunakan sebagai nyanyian pengiring dalam tarian Sanghyang.

Adapun yang membedakannya adalah dalam tarian Sanghyang para penarinya kerap tidak sadarkan diri saat berinteraksi dengan Sang Maha Pencipta ataupun roh para leluhur sembari menyampaikan sebuah pesan ataupun harapan harapan kepada masyarakat agar mereka selalu eling dan ingat bahwa kebenaran tidak akan pernah terkalahkan.

Terkait dengan tempat pertunjukannya tarian Sanghyang yang memiliki nilai spiritual tinggi biasanya hanya bisa di pentaskan di dalam pura (tempat suci umat Hindu) saat ada upacara keagamaan sedangkan tarian kecak bisa di pentaskan di mana saja sebagaimana jenis pertunjukan seni tari yang lain.

Alunan suara cak...cak...cak...oleh para penarinya yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan menjadikan tarian ini di kenal dengan nama tari kecak. Menurut wacana yang berkembang ucapan "cak" di ambil dari suara "cicak" yang artinya benar. Oleh karena itu cicak sering di sebut sebut sebagai penjelmaan Sanghyang Aji Saraswati yang oleh umat Hindu di yakini sebagai sumbernya ilmu pengetahuan.

Dalam setiap pertunjukannya tari kecak tidak mengikuti pakem sebagaimana jenis tarian lain yang menggunakan instrumen khusus sebagai musik pengiringnya tapi yang di tonjolkan adalah jalan ceritanya. Oleh karena itu tari kecak bisa juga di katakan sebagai sebuah bentuk pertunjukan seni drama dan tari.

Seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali tarian kecak biasanya di pentaskan setiap hari mulai pukul 18:00 wita hingga selesai sebagai sebuah pertunjukan seni yang di peruntukan bagi kalangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara.

Rabu, 17 September 2014

PESTA KESENIAN BALI


Pesta kesenian Bali merupakan sebuah ajang pameran karya seni yang pertama kalinya di selenggarakan pada tahun 1979 atas prakarsa Gubernur Bali saat itu yakni Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.

Dalam realisasinya pesta kesenian Bali tidak hanya di ikuti oleh para seniman lokal tapi juga melibatkan para seniman dari luar daerah bahkan sebagian dari mereka adalah utusan kesenian dari negara lain.

Adapun tujuan di selenggarakannya pesta kesenian Bali adalah untuk membina, pengembangkan, menampung karya cipta seni masyarakat dan juga untuk melestarikan seni dan budaya daerah Bali khususnya dan juga seni budaya nusantara pada umumnya.

Penyelenggaraan pesta kesenian Bali setiap tahunnya dengan mengusung tema berbeda beda di harapkan mampu meningkatkan kreatifitas masyarakat untuk berkesenian sehingga akan tercipta peluang baru untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat.

Pembukaan pesta kesenian Bali biasanya selalu di awali dengan parade kesenian yang berasal dari seluruh kabupaten kota yang ada di Bali sehingga dalam penyelenggaraannya tidak pernah sepi pengunjung. Ada berbagai macam kesenian yang di tampilkan mulai dari seni tari, seni gamelan, sendratari, pakaian adat daerah, parade gebogan dan juga arak arakan kendaraan yang di hiasi dengan berbagai pernak pernik berupa hasil alam dari masing masing kabupaten kota di Bali.

Menarik untuk di cermati pesta kesenian Bali yang di jadwalkan sebulan penuh juga di meriahkan dengan berbagai macam perlombaan sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan oleh panitia yang mana tempat penyelenggaraannya di pusatkan pada satu tempat yakni di gedung art centre Abian Kapas, Denpasar.

Ajang pesta kesenian Bali juga bisa di gambarkan sebagai sebuah ajang persembahan kesenian artinya hasil karya seni yang di hasilkan masyarakat di tampilkan secara sukarela tanpa di pungut bayaran.

Ribuan masyarakat datang untuk menyaksikan berbagai macam pertunjukan kesenian sehingga pesta kesenian Bali sering juga di sebut sebagai pestanya rakyat.

Pesta Kesenian Bali sebagai ajang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Tingginya pengunjung yang datang setiap hari menjadikan pesta kesenian Bali sering kali di jadikan sebagai sebuah peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dalam setiap penyelenggaraannya ajang pesta kesenian Bali selalu di hiasi dengan stan stan penjualan mulai dari stan penjualan makanan, pakaian hingga berbagai macam hasil kerajinan rakyat.

Di samping itu Pesta kesenian Bali juga di gunakan oleh sebagian masyarakat untuk memamerkan hasil karyanya sehingga terbuka kesempatan untuk memperluas pemasaran barang dagangannya di kemudian hari.

Pesta kesenian Bali adalah pesta rakyat pembawa berkah, sungguhpun demikian secara qualitas perlu terus di tingkatkan agar setiap penyelenggaraannya tidak terkesan monotun.

Upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali (PKB).

Ada beberapa metode yang bisa di lakukan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pesta kesenian Bali agar tidak terkesan monotun di antaranya:
  1. Setiap penyelenggaraannya harus di sesuaikan dengan tema yang di usungnya.
  2. Produk yang di pamerkan harus benar benar berkualitas, memiliki sejarah dan juga nilai seni tinggi.
  3. Jangan memamerkan produk yang sama setiap tahunnya.
  4. Tampilkan suasana berbeda setiap tahunnya misalnya dengan merubah gaya ataupun dekorasi panggung tempat di selenggarakannya berbagai macam lomba kesenian.
  5. Perkecil jumlah stan penjualan makanan dan juga pakaian untuk menghindari ajang pesta kesenian Bali terkesan seperti pasar malam.