Custom Search

Jumat, 19 September 2014

TARI KECAK

Tari kecak adalah sebuah tarian yang di tarikan secara berkelompok oleh kaum laki laki. Tarian ini di ciptakan untuk menggambarkan kisah kepahlawanan yang di ambil dari cerita Ramayana yakni sebuah kisah yang menceritakan penjelamaan Dewa Wisnu yang turun ke dunia dalam wujudnya sebagai seorang raja bergelar Sri Rama melawan tokoh kebatilan dalam wujudnya sebagai seorang raksasa bernama Rahwana.
Dalam pementasannya tarian kecak di tarikan oleh banyak orang dengan balutan busana separuh badan dari pusar ke bawah hingga lutut yang di kombinasikan dengan lipatan kain meruncing pada bagian depan yang sering kita sebut dengan kancut. Corak kain yang di gunakan oleh para penarinya identik dengan kain bermotifkan kotak kotak berwarna hitam dan putih

Alunan suara dari para penarinya dengan sebutan kata Ya ir...Ya ur, ya ir... ya ur..."cak...cak...cak..." terdengar mendayu dayu menambah suasana tampak semakin mencekam yang melambangkan suasana dan semangat juang para barisan kera dalam membantu Rama melawan Rahwana. Dalam hal ini tari kecak mengandung makna filosofis sebagai sebuah tarian perjuangan.

Pada awalnya tari kecak itu sendiri kurang begitu di ketahui darimana asal muasalnya akan tetapi oleh sekelompok warga masyarakat Bali yang ada di desa Bona, Gianyar untuk pertama kalinya memberanikan diri mengadakan mementaskan tari kecak sebagai sebuah tari pertunjukan dengan balutan cerita yang di ambil dari kisah ramayana.

Terkait dengan kisah ataupun cerita yang di ambil dalam setiap pertunjukan selain para penari kecak ada juga penari lainnya yang memerankan tokoh Rama, Shinta, Hanoman, Sugriwa dan juga Rahwana.

Pada tahun 1930-an Wayan Limbak di bantu oleh seorang pelukis dari Jerman bernama Walter Spies mengembangkan tari Kecak berdasarkan tradisi tarian Sanghyang dan menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat eropa, Asia dan juga Australia saat dia pertama kalinya melakukan perjalanan keliling dunia bersama rombongan penari Bali lainnya.

Pengembangan tari kecak di katakan berasal dari tarian sanghyang karena dalam setiap pertunjukannya tidak menggunakan alat musik khusus sebagaimana jenis tarian yang lain hanya berupa kombinasi suara oleh para penarinya dan membentuk sebuah alunan tembang ataupun melodi yang biasanya di gunakan sebagai nyanyian pengiring dalam tarian Sanghyang.

Adapun yang membedakannya adalah dalam tarian Sanghyang para penarinya kerap tidak sadarkan diri saat berinteraksi dengan Sang Maha Pencipta ataupun roh para leluhur sembari menyampaikan sebuah pesan ataupun harapan harapan kepada masyarakat agar mereka selalu eling dan ingat bahwa kebenaran tidak akan pernah terkalahkan.

Terkait dengan tempat pertunjukannya tarian Sanghyang yang memiliki nilai spiritual tinggi biasanya hanya bisa di pentaskan di dalam pura (tempat suci umat Hindu) saat ada upacara keagamaan sedangkan tarian kecak bisa di pentaskan di mana saja sebagaimana jenis pertunjukan seni tari yang lain.

Alunan suara cak...cak...cak...oleh para penarinya yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan menjadikan tarian ini di kenal dengan nama tari kecak. Menurut wacana yang berkembang ucapan "cak" di ambil dari suara "cicak" yang artinya benar. Oleh karena itu cicak sering di sebut sebut sebagai penjelmaan Sanghyang Aji Saraswati yang oleh umat Hindu di yakini sebagai sumbernya ilmu pengetahuan.

Dalam setiap pertunjukannya tari kecak tidak mengikuti pakem sebagaimana jenis tarian lain yang menggunakan instrumen khusus sebagai musik pengiringnya tapi yang di tonjolkan adalah jalan ceritanya. Oleh karena itu tari kecak bisa juga di katakan sebagai sebuah bentuk pertunjukan seni drama dan tari.

Seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali tarian kecak biasanya di pentaskan setiap hari mulai pukul 18:00 wita hingga selesai sebagai sebuah pertunjukan seni yang di peruntukan bagi kalangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar